Skip to main content

Ekonomi Kreatif Jalan Keluar Dari Jebakan Ekonomi Ekstraktif

By 16 September 2021Berita

Ekonomi Kreatif Jalan Keluar Dari Jebakan Ekonomi Ekstraktif

Disebut sebagai ekonomi kreatif artinya karya yang berdasarkan kreatifitas itu berpotensi menghasilkan uang. Demikian disampaikan oleh Fahrurrozy Yasin, game developer dan founder dari Ozysoft Digital International yang lahir dan tinggal di Kabupaten Paser.

Dalam Dialog Aktualisasi Pelaku Ekonomi Kreatif Kabupaten Paser, Ozy yang datang sebagai peserta kemudian didapuk menjadi narasumber dadakan untuk membagikan pengalaman perjuangan dan pencapaiannya dalam dunia ekonomi kreatif.

Apa yang disampaikan oleh Ozy menjadi salah satu dari sekian banyak cerita yang membuktikan bahwa bicara soal ekonomi Kalimantan Timur hari ini dan di masa depan tidaklah melulu tentang tambang dan sawit.

Membahas sumbangsih ekonomi kreatif pada perekonomian daerah dan nasional, Dr. Erwiantono, akademisi dari Universitas Mulawarman yang adalah koordinator penyusunan Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Daerah Kalimantan Timur 2021-2025 menyebutkan bahwa secara nasional maupun daerah, kontribusi ekonomi kreatif pada Produk Domestik Bruto dan Produk Regional Domestik Bruto terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010. Fakta ini berbanding terbalik dengan kontribusi sektor tambang yang terus mengalami penurunan.

Pada tahun 2017, kontribusi sektor ekonomi kreatif pada PDB telah mencapai angka Rp. 1.000 trilyun sehingga para ekonom meramalkan dalam jangka 10 tahun berikutnya PDB sektor ekonomi kreatif akan melampaui PDB sektor pertambangan.

Melihat perkembangannya terutama di masa pandemi Covid 19 yang memasuki tahun kedua nampaknya tak butuh waktu 10 tahun bagi sektor ekonomi kreatif untuk melampaui sektor ekonomi tambang.

Selain karena segala sesuatu sudah berkembang dengan basis internet dan aplikasi, akselerasi ekonomi kreatif juga semakin laju karena pertumbuhan komunitas kreatif.

“Kaum indie, adalah salah satu motor perkembangan ekonomi kreatif,” sebut Erwiantono.

Era Ekonomi Indie

Sebutan indie sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang asing. Indie adalah singkatan dari kata independent yang artinya mandiri.

Istilah ini dulu muncul dalam industri musik. Sebuah produk musik dikatakan sebagai musik indie jika dilahirkan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan sikap do it yourself {DIY}. Ini berarti mulai dari proses rekaman, produksi dan promosi dilakukan secara sendiri oleh para musisi.

Namun lebih dari itu indie bukan hanya merupakan model produksi melainkan juga sebuah gerakan perlawanan atas hegemoni dari perusahaan atau label rekaman besar yang kerap menggiring atau mengarahkan selera demi pasar di lautan arus utama {mainstream}.

Bekerja dengan perusahaan atau label besar membuat musisi tidak bebas berkreasi, selain karena birokrasi segala sesuatu mulai dari pilihan lagu, cara promosi hingga atribut musisi akan ditentukan oleh mereka.

Namun kini sebutan indie sudah meluas, bukan hanya pada soal musik melainkan juga gaya hidup, fesyen dan juga budaya.

Wira Nagara , komika yang memperkenalkan istilah Rukun Indie menyebutkan istilah indie sekurangnya diasosikan dengan kelima hal berikut : 1} senja; 2] kopi; 3] puisi; 4] begadang; dan 5] naik gunung.

Sekilas kelima hal itu nampak sepele, namun jika diulik lebih dalam pada kelima hal itu tersirat selera kaum indie yang unik, berbeda dengan arus utama, menandakan kecintaan pada alam, literasi dan kecintaan pada produk lokal yang diwakili oleh kopi serta kegigihan dalam berkarya yang ditunjukkan lewat kegemaran begadang.

Dengan mengusung kelima hal itu maka kaum indie menegaskan citra dan indentitas kulturalnya yang menjadi dasar kebangkitan anak-anak muda Indonesia di era industri 4.0.

Maka bukanlah hal yang mengada-ada jika kian suburnya gerakan indie ini dikaitkan dengan kebangkitan ekonomi kreatif di Indonesia. Yang sejak tahun 2017 telah menembus angka Rp. 1.000 trilyun dimana subsektor kuliner, fesyen dan kriya menjadi penyumbang terbesarnya.

Sebagai sebuah gerakan organik, pengaruh indie pada sektor ekonomi kreatif bukanlah khas Indonesia karena realitas yang sama juga ditemukan di negara-negara yang ekonomi kreatifnya mempunyai peran besar dalam menopang ekonomi negara seperti Amerika Serikat, Jepang dan Korea.

Di era transnasional dan tanpa batas ini adalah sulit untuk membendung pengaruh ekonomi dan budaya dari luar atau asing. Cara-cara frontal dengan menjelekkan atau memboikot sudah tidak tepat dan bahkan bisa menuai hasil yang kontra produktif. Maka memberi ruang dan mengelola arus pergerakan kaum indie justru menjadi pilihan yang mesti diambil.

Dalam konteks Kalimantan Timur, gerakan kaum indie adalah selaras dengan cita-cita pembangunan Gubernur Kalimantan Timur yakni berani berdaulat untuk Kalimantan Timur. Sebab roh dari gerakan indie adalah mandiri dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Kunci untuk memajukan ekonomi kreatif di Kalimantan Timur sebenarnya sudah ditemukan. Namun masih diperlukan lagi sebuah prasyarat agar menjadi operasional. Prasyarat itu menurut Erwiantono adalah kesediaan dari para generasi senior yang kini berada dalam aras penentu dan pengambil kebijakan untuk mau belajar dari dan bersama generasi muda, generasi yang berada dalam pusaran gerakan indie.

Sumber : https://kesah.id/ekonomi-kreatif-jalan-keluar-dari-jebakan-ekonomi-ekstraktif/

admin

Author admin

More posts by admin